Affan: Jangan Bangga, Pertumbuhan Ekonomi Lampung Seperti Roller Coaster

Illustrasi/RMOLNetwork
Illustrasi/RMOLNetwork

Pengamat Kebijakan Publik Nizwar Afandi menyebutkan pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan II tahun 2022 ekonomi daerah tersebut tumbuh sebesar 9,12 persen (q to q), tapi tak ubahnya seperti roller coaster. 


"Lampung kondisi pertumbuhan ekonominya seperti roller coaster, kurvanya terus naik turun secara ekstem," kata Affan, sapaannya, kepada Kantor Berita RMOLLampung, Senin (8/8).

Alasan dia mengatakan ekonomi Lampung seperti roller coaster, karena nilai ekonomi Lampung tidak pernah stabil atau seringkali mendadak naik dan turun drastis bahkan anjlok ke titik yang sangat rendah (minus).

"Sewaktu-waktu bisa naik 6 persen bahkan triwulan II kemarin sampai 9,12 persen. Tetapi selalu berulang kemudian anjlok sampai ke -8,42 persen (qtoq) tahun 2019, -8,27 persen tahun 2022 dan -6,37 persen pada tahun 2021," jelas Affan.

Dia menambahkan, kalau kenaikan 6,66 persen dan 9,12 persen dianggap fenomenal, semestinya penurunan -8,42 persen, -8,27 persen dan -6,37 persen pada tahun sebelumnya diperlakukan sama yakni dianggap fenomenal juga.

"Lucunya yang selalu dihebohkan jika angkanya sedang naik saja, tahun lalu juga sama seperti sekarang puja-pujinya waktu triwulan II tahun 2021 sempat naik 6,66 persen tetapi ketika di triwulan IV nya ambruk ke minus 6,37 persen semuanya diam membisu," tambah dia.

"Saya menduga kenaikan pada triwulan II kemarin terjadi hanya karena didorong oleh pembayaran termin awal proyek-proyek pemerintah, kenaikan konsumsi selama Ramadan dan THR Idul Fitri. Misalnya THR, jumlah pekerja formalnya saja di Lampung ada sekitar 1,2 juta dengan UMP 2,4 juta rupiah," kata Affan.

Kalau diasumsikan semua dapat THR senilai UMP kemudian dibelanjakan itu saja sudah 2,9 triliun. Itu saja sudah lebih dari 3 persennya PDRB Lampung triwulan I yang cuma sebesar 95 triliun, belum THR pekerja informalnya.

"Kalau naiknya hanya karena itu, Lampung nggak punya gubernur pun ya tetap naik pertumbuhan ekonominya," sambung dia.

Menurutnya, yang lebih layak dicermati oleh pemerintah dan masyarakat adalah di mana posisi Lampung sekarang setelah turun dan naik. Bukan malah membanggakan berapa tingkat kenaikannya dan mengabaikan berapa tingkat penurunan yang terjadi sebelum-sebelumnya.

"Posisi Lampung walaupun selama April-Juni itu naik 9,12 persen tapi kenyataannya kita masih berada dibawah karena secara kumulatif laju pertumbuhan ekonomi sampai semester I tahun 2022 ini masih di angka 4,07 persen," ucapnya.

Dan berada di posisi ke-7 dari 10 Provinsi di Sumatera dan ke-21 dari 34 Provinsi se-Indonesia, masih di bawah rata-rata Sumatera dan Nasional.

"Jadi, belum pantas jika di kepemimpinan Gubernur Arinal Djunaidi pertumbuhan ekonomi dibanggakan mengingat pada tahun-tahun sebelum Lampung dipimpin Arinal, Lampung selalu berada di posisi ke-2 atau ke-3 di Sumatera dan selalu berada di atas rata-rata Sumatera maupun Nasional," tutup Affan.