Angka keterisian rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) Covid-19 di Jakarta telah menyentuh angka 45 persen. Data Dinkes DKI Jakarta, 48 persen yang dirawat adalah pasien tanpa gejala dan gejala ringan. Padahal, pasien gejala ringan bisa menggunakan telemedicine tanpa harus isolasi terpusat.
- Guspardi Gaus : Oknum Peneliti BRIN Nodai Kerukunan Umat Beragama
- Lokasi Tes CAT Panwascam di Lampung Terpusat di Kabupaten Kota
- KPU Bandar Lampung Anggarkan Biaya Pilkada 2024 Capai Rp53 Miliar
Baca Juga
Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati meminta pemerintah terkait protokol isolasi mandiri. Menurutnya, hal tersebut sudah mulai dijalankan dengan layanan telemedicine yang bagus. Sosialisasi perlu digencarkan bagaimana memanfaatkan telemedicine bagi kasus Isoman Covid-19 yang resmi oleh pemerintah.
"Masih banyak yang belum tahu alur telemedicine yang resmi oleh pemerintah agar terpusat dan tidak salah konsultasi atau bahkan lebih parah bisa dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab dengan memanfaatkan situasi darurat masyarakat," ujar Mufida kepada wartawan, Minggu (30/1).
Legislator dari Fraksi PKS ini mengatakan isolasi mandiri bisa dilakukan bagi pasien konfirmasi positif dengan gejala ringan dan tanpa gejala dengan catatan semua sistem isolasi mandiri siap dari hulu ke hilir. Terlebih pemerintah sudah memiliki pengalaman saat lonjakan tinggi kasus Delta dengan banyaknya masyarakat yang melakukan Isoman di rumah karena tidak mendapat tempat perawatan.
"Harusnya saat ini bisa lebih baik dalam mengatasi pasien Isoman. Isoman bisa dilakukan dengan syarat pemerintah tetap memenuhi hak kesehatan masyarakat. Jadi dijamin tidak dilepaskan begitu saja,” ucapnya.
Pihaknya juga meminta jaminan pasien Isoman mendapatkan obat yang sesuai dan alur pengiriman yang cepat. Alur distribusi obat sampai ke pasien isoman sudah harus dipersiapkan sejak dini apalagi jika harus menjangkau wilayah-wilayah yang sulit.
"Pastikan ada monitoring harian bisa memaksimalkan tenaga kesehatan dan Medis di semua tempat dan lini daerah dibawah koordinasi Puskesmas setempat sehingga ada pemantauan kondisi pasien isoman secara intensif. Lewat pemantauan rutin ini perlu dipersiapkan juga jaminan tindakan cepat dan segera rujuk ke RS jika kondisi menjadi berat,” katanya.
Mufida meminta kesiapan layanan pendampingan pasien isoman ini sudah diujicobakan dan sudah siap benar guna menghadapi angka konfirmasi yang terus meningkat ini.
"Saya berharap sudah selesai ujicoba dengan berbagai skema, sekarang tinggal bersiap diri untuk implementasi. Catatan besarnya sistem ini harus siap diimplementasikan di Seluruh Indonesia. Belum meratanya fasilitas kesehatan harus diakui jadi problem tersendiri tapi seharusnya ada alternatif solusi bagi wilayah-wilayah yang punya karakteristik dan tantangan dalam implementasi telemedicine dan pendampingan pasien isoman,”demikian Mufida.