Episode 4 - Joened Menata Sarana Olah


SUKA atau tidak suka, perlu diakui, takdir Raja Olah memang patut disandang Van Joened, De Gouverneur. Ini sebagian kisahnya.

Nun sebelum pemilihan de gouverneur, Tom Risau mengolah Ronald. Secara langsung, isu yang diolah terkait skandal moral. Sangat menguntungkan Van Joened yang berkompetisi memperebutkan kursi De Goeverneur.

Lawan tangguh Joened, ya Ronald. Tom Risau untung kiri-kanan. Dari Ronald, selain mendapat cis, saudaranya mendapat jabatan secara kilat. Jadi tukang ngurus air. Mendengar informasi adanya skandal moral, Van Joened gerak cepat. Menghubungi Tom Risau.

Permintaan tak banyak. Meminta skandal moral terus didengungkan secara berkala. Besar-besaran.

Tom Risau mengabulkan permintaan. Ini cerita awal keduanya. Selingkuh.

Klik: Van Joened Raja Olah

Merasa punya jasa. Punya barang bukti perintah menyebarkan skandal. Usai Van Joened mendapat gelar De Gouverneur, Tom Risau merengsek. Tom Risau sedang bermasalah di tengah laut.

Terkait perizinan mengolah kawasan. Raja Olah kembali bertemu Raja Olah. Saling olah. Tom Risau mengolah Van Joened untuk mendapat perizinan. Upetinya kavling di kawasan.

Van Joened pasang badan. Mengeluarkan izin. Juga berkoar-koar ke publik tentang hebatnya kawasan. Padahal di ruang publik, di kawasan sudah terbentang selendang kuning. Tiga instansi penguasa di pusat kekuasaan, menyematkan. Ada pelanggaran. Pidana dan perdata. Namanya juga Raja Olah. Amplasan Tom Risau sangat halus. Van Joened dibuat mengkilap.

Van Joened ditenteng Tom Risau ke ibukota. Diperkenalkan kepada Gandha. Mengaku sebagai pengusaha ibukota. Betul. Sejenis juga, Raja Olah. Tidak hanya diamplas kiri, kanan. Juga atas bawah. Van Joened moncer! Tergelincir.

Gandha langsung diberi konsesi. Membisniskan seluruh aset-aset plat merah di luar Kawasan Pabrik Permen. Ada tempat nginap, ada juga pondokan, juga aset lainnya. Rebes! Bukan hanya Gandha. Ada Eliyas Piktor. Kawan karib Van Joened. Putra Van Joened pernah belajar kerja di kantor Eliyas. Karena Eliyas menekuni urusan infrastruktur, Joened memberi kekuasaan kepadanya. Mengolah seluruh pembiayaan infrastruktur di Kawasan Pabrik Permen.

Eliyas memoles Van Joened. Memberi upeti sebuah kendaraan orang sakit. Diberi label Go-Kart. Tak pernah berhenti. Van Joened terus menata mesin olahnya. Ada Vifa Blue, sahabat kental Aliong Kayu. Pensiunan pemborong karena tersangkut kasus hukum. Mencatut spek proyek. Kini Aliong Kayu berubah profesi. Menjadi tangan kanan Van Joened. Menentukan pemenang proyek. Sekaligus menjadi pengumpul uang setoran. Kembali ke Vifa Blue. Beres! Van Joened menjadikan adik Laba ini sebagai negoisator (bahasa kerennya).

Calo, istilah umumnya. Bidang tugas Vifa Blue menjadi penguasa proyek kerjasama lintas kawasan. Termasuk ladang minyak dan gas di sebelah Timur Pabrik Permen. Lelang proyek mundur-mundur. Aliong Kayu gelagapan.

Disatroni para penyetor. Mengadu ke Van Joened. Uang setoran sudah numpuk di brangkas (bukan di bank). Jumlahnya melampaui nilai proyek yang akan dilelang. Aliong Kayu memang sohib Van Joened. Sejak sebelum memperoleh gelar Van, De Gouverneur. Aliong Kayu menjadi supplier.

Baik berupa cis ataupun services malam. Terutama kalau Van Joened sedang di ibukota. Itu juga yang menyebabkan Aliong Kayu menjadi penguasa tunggal kegiatan fair-fair. Dilaksanakan setiap tahun di Kawasan Pabrik Permen.

Pengaduan Aliong Kayu membuat Van Joened berang. Mencari tahu sumbatan terlambatnya tender. Ternyata, bawahan kepala dinas, yakni kepala bidang hingga Kasie menjadi penghambat. Memang, pejabat setingkat kabid, figurnya masih warisan era Ronald. Van Joened turun gunung. Sekali dayung, tiga kavling tanah didapat.

Mesin olah berputar. Kepala urusan pegawai, Ko Lok Men mendapat perintah: Mutasi, rotasi seluruh Kabid hingga Kasie di dinas strategis. Alasan mutasi, ya standar, penyegaran. Tour of Duty. Lebih dari 120 pegawai terpilih untuk menduduki jabatan baru.

Agar tak mencolok, dilakukan bertahap. Argumentasinya, kinerja sedang evaluasi. Dan itu betul. Evaluasi upeti. Bagi peminat kursi Kabid, cukup 50 juta rupiah. Kursi Kasie, 30 juta rupiah saja. Terbayangkan kan, mesin olah Van Joened mendatang? Tak perlu dihitung, jumlah upeti yang berhasil dikumpulkan dari alasan penyegaran. Bravo!