Episode 7 - Van Joened: Ini Yang Buat Gua Suka..


WAJAH-wajah pribadi di tempat-tempat umum

Lebih arif dan manis

Daripada wajah-wajah umum di tempat pribadi

Dengan suara bariton, Van Joened memulai pengarahannya. Para pejabat-pejabat setingkat kepala dinas dan instansi terkait lainnya, memenuhi Ruang Rapat Utama (Raputama) kantor De Gouverneur.

Raputama yang letaknya menyeberangi sungai besar. Masih dalam komplek perkantoran Van Joened, cukup luas. Bahkan terbilang sangat luas. 2000 kursi bergaya Yunani, tersusun rapi. Lengkap dengan penyegar udara.

Di kiri kanan ruangan, tersedia bermacam booth-booth makanan ringan dan minuman. Kopi panas dan dingin, menjadi ciri khas. Semua bisa disantap peserta. Sembari standing party, ketika acara pengarahan jeda.

Kutipan kalimat John Conrford, dijadikan Van Joened pada awal pengarahannya. Kalimat yang tertuang dalam buku The Orator itu, membuat peserta berdecak kagum. Publik diseluruh kawasan Pabrik Permen, 75 persen sudah mahfum.

John Conford merupakan generasi baru di Oxford dan Cambridge. Van Joened usai menyelesaikan strata satu dan dua di bidang pengolahan limbah, melanjutkan program pasca sarjana. Ditempat John lah, Van Joened berhasil meraih double Doctor of Philosophy (PhD). Ahli Manajemen Pengolahan.

Dalam abad John Conford yang berlari, kerab terselip pandangan Virginia Woolf dan kawan-kawan. Van Joened terpengaruh kuat paham ini.

Bahwa karya sastra mestinya menggarap kesadaran kehidupan yang lebih dalam. Daripada sekadar pikiran  "tokoh novel lama". Bukan hanya itu, juga kehidupan sosial manusia yang terpisah-pisah dan tidak menyatu.

Namun, generasi John yang pemikirannya melekat dalam di benak Van Joened, berkecendrungan menjadi agitator anti-fasis. (Van Joened, ketika menyelesaikan PhD, sempat menjadi anggota KOO - Klub Oktober Oxford).

Mempertahankan perbedaan antara dunia publik dan dunia pribadi, adalah jargon yang kerab di praktikkan Van Joened. Ketika melaksanakan kewenangannya sebagai De Gouverneur.

Pikiran John, yang dianut Van Joened kerab berseberangan dengan Bell. Bagi Bell, keharusan memilih antara kesetian personal dengan perjuangan untuk kepentingan umum, selalu merupakan hal yang menyedihkan.

"Walau berpisah itu setajam pisau bedah

Lebih baik daripada kanker di dalam daun yang membusuk

Yang ku tahu, aku meski enyah.

Ada kehidupan baru dalam tubuhku menggapai udara

Dan tidak dapat kututup mulutnya dengan gombal-gombal cinta lama

Luka menganga lebih nyaman disangga"

Tanpa terasa, orasi pengarahan Van Joened, menelan waktu tiga jam. Pegawai dan tamu undangan, satu persatu meninggalkan Raputama.

Didampingi sekretaris pribadinya, Iin Kunanti, De Gouverneur berjalan kaki. Menuju ruang kerjanya yang asri di lantai 7.

Sepanjang Selasar menuju ruang kerjanya, Van Joened terlibat dalam dialog kecil. Rutin dilakukannya. Iin Kunanti menjadi teman diskusinya.

Perempuan berputra satu ini, teman kuliah Van Joened. Ketika sama-sama meraih gelar PhD. Hanya beda jurusan. Van Joened ahli di bidang Manajemen Pengolahan. Iin Kunanti ahli di bidang Manajemen Agitasi.

"Pegawai-pegawai ini selalu merusak wataknya. Mereka hanya menemukan dasar-dasar impersonal dalam bekerja," kata Van Joened, sembari mencopot topi kebesaran.

"Ya. Bukan berarti mereka tidak akan bertindak egois. Hanya saja, konteksnya tidak sama. Mereka pegawai, pekerja. Pemikiran kau hanya berlaku di kalangan politisi. Tindakan impersonal, rasa egois mampu meletakkan rasa tidak suka, dengan tepat," jawab Iin Kunanti.

"Kita sedang memegang kendali kekuasaan. Menggunakan alasan personal untuk membenarkan semua tindakan. Sekalipun tidak rasional, bisa setiap saat kita lakukan. Hanya, seluruh infrastruktur dan suprastruktur kekuasaan yang kita gunakan, jangan sampai tahu," sergah Van Joened.

"Nah, pada titik ini, pemegang kuasa sering terjebak. De Gouverneur perlu ingat. Bell lebih menarik publik, ketimbang Cornford. Dalam menggunakan kekuasaan, harus mawas diri. Bahkan setiap saat wajib ditingkatkan. Tidak bisa semena-mena,"kicau Iin Kunanti, sembari menyemprotkan parfum kesayayangannya. Rekos Jasmine.

"Memang, Hamlet dan Literer bisa membuat kepribadian jadi menarik. Ini yang membuat gua suka dengan anda. Menjadi teman diskusi yang kritis," seloroh Van Joened menimpali Iin Kunanti, sembari menyeka keringat di jidatnya.

Tanpa terasa, Van Joened dan Iin Kunanti tiba di depan lift yang menuju ruang kerja De Gouverneur di lantai 7. Ruang kerja bergaya cozzy, dipenuhi dengan lukisan-lukisan bergaya gothic. Sebuah suasana yang mampu membuat Van Joened bekerja hingga malam hari.

Van Joened menuju ruang kerjanya. Iin Kunanti kembali turun ke lantai 3. Berkoordinasi dengan sekretaris daerah dan kepala dinas sehat, Rey Anna. Keduanya sudah menunggu cukup lama.

Rapat koordinasi program penangan virus corona berlangsung cepat. Efektif. Juklak dan Juknis, sangat rinci dipaparkan Rey Anna, pria tegap yang sudah menduduki jabatannya, 15 tahun. Iin Kunanti segera undur diri.

"Terima kasih bapak dan ibu. Segera saya laporkan ke De Gouverneur. Agar tindakan dilakukan secepatnya. Demi keamanan seluruh warga kita," ujar Iin Kunanti, meninggalkan ruang rapat sekretaris daerah.