Musim memilih kepala daerah mulai berbunga. Panenpun sudah dimulai. Tentu tidak semua partai sudah menikmati musim pilkada. Perahu-perahu diluncurkan. Sudah ada kapten kapal yang ditunjuk. Walau wakilnya belum ada.
Di Propinsi Pabrik Permen (PPP), persaingan memperebutkan posisi kapten dan wakilnya, cukup sengit (sengaja digunakan isitilah ini, sebagai kata ganti kebodohan).
Ada tujuh partai politik utama yang dominan bermain. Mengolah. Menebarkan keharuman. Untuk menggaet para penggebu syahwat kekuasaan. Mengantri memperebutkan kursi kapten dan wakilnya. Daun Ijo Pepaya, Go-Kart, Gergaji (kosong di sisi tengah), Kutu Busuk, Anak Nakal, Dongkrak, dan Nasi Goreng Adem.
Daun Ijo Pepaya, manteng dengan kejumawaannya. Merasa menjadi penguasa. Sah-sah saja. Bangku-bangku parlemen di berbagai wilayah yang mengadakan pemilihan, hampir mayoritas mereka kuasai. Sikap pengurus daerah yang demikian (banyak posisi penting dalam kepengurusan kali ini, diduduki orang baru dan bukan kader partai alias kader cis), melahirkan gesekan internal.
Gesekan keras sangat terlihat dengan kemunculan kader militan Daun Ijo Pepaya, Tales Purnama. Didaulat menjadi wakil kapten di Kota Bandar Kemaruk oleh Partai Dongkrak. Sepantasnya Tales berlayar mendampingi Evi Kemaruk.
Dan Evi sendiri digoyang kanan-kiri oleh pasukan ketuanya, Sundul Sipit. Untuk tidak dicalonkan partai. Upaya yang sia-sia. Pengaruh Sundul Sipit, belum bisa menyaingi jaringan Evi di pusat kekuasaan. Disamping Evi dan suaminya, sudah terbukti sebagai sosok yang setia, komit kepada partai.
Dibawah komando Umri Akhdiat, bupati Barat-Barat, Partai Gergaji, yang sejak awal mendukung Evi memperebutkan kursi suaminya, pun digoyang-goyang. Pindah agar mendukung pengantin Yes Kobar-Tales Purnama. Umri mengutus Tales melakukan pendekatan. Dan salah tingkah. Diajak tokoh Gergaji berkomitmen, 20 Ember, buang diri. Padahal pasangan ini didukung penuh Mbak Pur.
Pergelinjangan memperebutan perahu di Bandar Kemaruk terbilang seru. Tukar sana, tukar sini. Telikung kanan, kiri. Hingga berujung mencabut komitmen. Sebuah kelicikan tingkat kaki lima. Bukan praktik berpolitik yang seharusnya.
Sebut saja Anak Nakal. Semula berkomitmen mendukung Evi. Kabur karena syahwat ingin berkuasa. Ingin menjadi penguasa Sayap Tengah. Selain faktor picis.
Berkhianat. Tidak memegang janji. Tampaknya menjadi prilaku yang dipraktikkan partai di PPP. Simak saja praktik yang dilakukan Van Joened . Dia menjamin Go-Kart (kebetulan Van Joened yang menduduki kursi ketua) untuk Sayap Kanan akan mengusung Yuslipus menjadi calon bupati. Lantas berjanji pula ingin mengusung istri Busroni. Lantas terus berubah. Mengawinkan istri Busroni (kebetulan mantan penguasa di Sayap Kanan) dengan Yuslipus.
Van Joened beralasan (untuk meyakinkan Yuslipus dan Busroni) tidak suka dengan petahana. Apalagi ketika Pilgub, Van Joened dipermalukan di kampungnya sendiri. Tidak mendulang suara yang signifikan.
Petunjuk Van Joened kepada Yuslipus dan Busroni (istrinya) agar berpasangan pun dilakukan (padahal sebelumnya keduanya bertekad bersaing). Keduanya menyatu. Siap berpasangan.
Apa yang terjadi kemudian? Van Joened berpaling ke petahana. Tinggal Yuslipus dan Busroni nyengir kuda. Cis hilang, harga diri terhempas.
Cerita serupa, praktik linglung (khianat) Van Joened, bisa terjadi di Pilkada Bandar Kemaruk, Metropolitan, dan Sayap Timur. Di Bandar Kemaruk, Riky yang sejak awal digas Van Joened untuk menjadi calon walikota, bisa berujung berantakan. Tidak memperoleh dukungan partai.
Van Joened sama sekali tidak berupaya untuk membantu Riky mendapatkan perahu partai lain. Setelah dia gagal menjadikan putranya sebagai wakil Riky. Bahkan membiarkan partai-partai digaruk pasangan Yes Kobar-Tales Purnama.
Semua bisa dilihat secara terang-benderang. Anak Nakal hengkang, berlabuh ke pasangan yang didukung pabrik permen, Yes Kobar-Tales Purnama. Bisa-bisa, Van Joened tak berdaya, manakala Go-Kart pun diambil Yes Kobar-Tales Purnama.
Sementara di Sayap Tengah, Van Joened pun tidak peduli. Bahkan sangat memalukan. Ketua partainya, Muspirin, sudah konkrit diusung partai politik lain. Go-Kart belum memberi kepastian untuk memberikan dukungan. Tanpa Go-Kart, Muspirin sudah terbilang aman memenuhi syarat dukungan.
Di Metropolitan, Go-Kart bisa jadi pecundang. Ketua Anak Nakal, Irsyan Keselek akan melaju, berpasangan dengan anak asuh direksi Pabrik Permen. Runyam, namanya. Irsyan-Runyam, selain diusung Anak Nakal, Dokrak, juga sangat perpotensi didukung Nasi Goreng Adem.
Lain pula di Sayap Timur. Komitmen Kutu Busuk diingkari Van Joened. Kutu Busuk tetap melaju, tanpa Go-Kart. Dawaran diusung menjadi calon bupati. Partai Dongkrak menjadi pelengkap. Kutu Busuk dan Dongkrak sudah memenuhi syarat dukungan.
Dari fenomena strategi kasak-kusuk dalam Pilkada di PPP, ada hal yang cantik dan menarik di dunia politik. Kecerdikan melihat kesempatan. Tampaknya, ini yang dilakukan Partai Dongkrak yang dipimpin Ronald.
Ronald bermain cerdik di tiga daerah. Sayap Tengah, Sayap Timur, Meteropolitan, dan di Bandar Kemaruk. Kecerdikan Ronald dipicu oleh sikap khianat dan linglung Van Joened. Di tiga daerah ini, Van Joened, selain tidak serius mendukung jagoan yang dikampanyekan Go-Kart, juga karena faktor konflik kepentingan pribadi sangat dikedepankan. Sifat merasa semua orang memerlukan dirinya (selain munafik) menjadi titik fatal Van Joened. Baik dalam perpolitikan, juga mengelola pemerintahan.
Pada titik ini Ronald dengan Dongkraknya, memberikan kepastian kepada jagoan-jagoan yang diusung Pabrik Permen. Tanpa Go-Kart, jagoan Pabrik Permen di empat wilayah tersebut, terbilang aman dari segi dukungan partai. Dan Dongkrak menjadi penggenap dukungan. Jika tak berkenan disebutkan sebagai penentu. Ronald dan Mbak Pur kembali menjalin kemesraan. Van Joened? Siap-siap menjadi layangan putus.
- EPISODE 8 - Van Joened: Siasat Kekasih Gelap
- Episode 7 - Van Joened: Ini Yang Buat Gua Suka..
- Episode 6 - Van Joened Jalan Pagi, Bahagia