- Episode 7 - Van Joened: Ini Yang Buat Gua Suka..
- EPISODE 8 - Van Joened: Siasat Kekasih Gelap
- EPISODE 11 - Van Joened: Ditepuk Sekondan Linglung
Baca Juga
Episode 31 PESTA pora menyeruak di seluruh penjuru negeri, bahkan hingga kepelosok-pelosok kampung. Sebuah ekspresi rasa lega atas sikap berani Pasukan Komisi Pengurus Perampok Uang Rakyat menjebloskan Setan November, dedengkot partai para pembalap Go-Kart menghuni rumah berjeruji besi. Setiap kali wajah Setan November tampil mengenakan seragam khas Komisi Pengurus Perampok Uang Rakyat muncul di layar kaca, banyak pesawat televisi yang pecah ditimpuk pemirsa. Begitulah cara sebagian orang mengungkapkan kemarahan terhadap sosok "Belut" yang menjadi pimpinan Go-Kart. Sebuah pertanda untuk para kader, bahwa tingkat kepercayaan rakyat sudah tergerus. Partai kini berada di titik nadir, menunggu waktu terperosok kejurang. Sementara waktu yang tersisa untuk memperbaiki citra, hanya tinggal hitungan bulan. Setelah Setan November masuk tahanan, setiap penampilannya menampakkan wajah memelas dan blo-on, minta dikasihani. Penampilan tipu-tipu guna menyelimuti kekejaman dan kerakusannya menggerus, bukan hanya uang rakyat, tapi juga uang para bandar yang berminat membeli jabatan dan posisi yang ada di partai. "Dik, kamu hadir rapat di pusat partai. Jangan diwakili pengurus. Situasi genting,"ujar Mbak Pur melalui sambungan telpon. "Gimana ya BunÃê di daerah ada rapat penentuan calon bupati," jawab Juned untuk menghindari rapat di pusat partai (Mbak Pur tidak tahu, bahwa setiap kehadiran Juned di pusat partai, pandangan para aktifis partai sinis. Mereka melihat Juned tak lebih sebagai "Orang-orangan Sawah" Pabrik Permen, selain kapasitas Juned memang sangat rendah). "Suruh aja boneka-boneka yang pimpin. Kamu hadiri rapat di pusat. Itu lebih penting," sergah Mbak Pur sembari menerangkan bahwa dirinya sudah konsultasi dengan Guntur. "Baiklah Bunda. Nanti aku perintahkah mereka untuk memimpin rapat disana," jawab Juned. "Koordinasi dengan Nusrodin, Oktober, Idris Marhaban. Mereka sudah banyak kita bayar, jadi harus tanggungjawab," jelas Mbak Pur sembari memutuskan hubungan telpon, tanpa menunggu jawaban Juned. Markas partai di kawasan Pabrik Permen memang guncang. Kepengurusan partai menjadi kembar. Pasukan Juned dan pasukan Adit berhadap-hadapan. Kantor dikunci dan dijaga satuan anak muda yang lapar. Juned dan Adit saling mengaku absah memimpin partai. Sebuah ancaman bagi eksistensi Juned, juga Pabrik Permen. Sebenarnya kader-kader partai sangat memahami, bahwa naiknya Juned menjadi ketua, banyak sekali aturan partai yang dilanggar. Hal paling nyata, untuk menjadi ketua, setidaknya minimal lima tahun aktif di partai. Bahkan ada tambahan syarat, sudah aktif sebagai pengurus partai. Ini jelas tertera dalam hukum-hukum partai. Semua kader mengerti akan aturan ini. Namun semua diterjang, diberangus. Mata kader yang memiliki suara, masing-masing tertutup tumpukan uang 300 juta. Sementara mata Setan November, buta akibat gelontoran koper berisi uang 50 miliar. Itulah yang membuat Juned nangkring di kursi ketua. Mau omong apa? Kader-kader yang menolak, di berangus dalam kepengurusan, bahkan ada yang diusulkan untuk di pecat sebagai anggota partai. Memangnya Juned sudah berapa hari jadi anggota, ketika merampas kursi ketua partai? Bila jernih melihat, sebenarnya, hingga kini gerilya pasukan yang kontra dengan Juned terus berlangsung. Kejadian masuknya faksi Adit menduduki kantor partai, adalah buah kerjasama yang terakumulasi para kader yang kini ada di kubu Juned, tapi setia dengan Adit. Sudah menjadi pengetahuan umum, eksistensi Juned di Partai Go-Kart, semata-mata hanya karena gelontoran uang Pabrik Permen. Guntur dan Mbak Pur membeli Go-Kart dari Setan November. Apalagi banyak kader dan politisi partai melihat, bahwa pola kepemimpinan Juned selama ini, hanya mengembangkan cara manajemen Adu Domba antar kader. Satu sisi mengatakan si A jelek, kepada si B dia katakan si A baik. Si C melaporkan si B, oleh Juned disampaikan ke si B. Sebuah gaya Yahudi, warisan ilmu yang diperoleh Juned dari Guntur yang diturunkan Mbak Pur, ketika mereka sedang bercengkrama berdua. Juned tak pernah sadar dengan keangkuhannya. Sepatutnya dimaklumi saja. Ini merupakan karakter bawaan sejak lahir. Sudah jadi pengetahuan umum. Bermain judi saja, Juned curang, nyumputin kartu. Adit tahu persis, dan sudah menjadi pengetahuan para kader partai, goyangan terhadap eksistensi Juned, akan berdampak pada pesta pora pengurus di pusat partai. Mbak Pur dan Guntur akan menggelontorkan lebih banyak lagi uang guna mempertahankan eksistensi Juned di pusat partai. Gerakan politik Adit, sudah diperhitungkan secara baik. Koordinasi bersama para petinggi di pusat partai dilakukan. Sebuah mainan untuk menyedot dana Pabrik Permen, sembari mencopot Juned dari kursi ketua.' Adit mengetahui, cantolan Juned hanya ada di Setan November yang tinggal menghitung hari untuk dicopot. Sementara Idris Marhaban, tentu tak ingin mengambil resiko mempertahankan Juned. Dirinya sendiri terancam kasus menggoreng beras yang siap dinaikkan statusnya. Proses menduduki kantor partai, hanya langkah antara Adit untuk memancing kesemarakan. Kepengurusan dibuat kembar. Apalagi kepengurusan yang ada membrangus hasil keputusan formatur. Kader partai tahu, kenaikan Juned dilakukan dengan cara menerabas hukum-hukum partai, tidak taat prosedural. Semua di make-up, untuk dijadikan pembenaran. Apalagi kalau bukan karena gelontoran puluhan miliar uang Pabrik Permen, seperti pengakuan salah satu Ketua Level 2 kepada banyak orang. "Saya ikut juga membagikan uang ke ketua-ketua Level 2. Ngambil uangnya di rumah koko Oktober" Pertanyaannya kemudian, bertahankah Juned di kursi ketua partai? Keluarkah rekomendasi Juned untuk menjadi calon gubernur partai? Keduanya masih diragukan. Mengapa? Perseteruan di tingkap pusat, bukanlah perseteruan yang sederhana. Tidak bisa diselesaikan hanya dengan guyuran uang. Kali ini perseteruan memasuki wilayah ideologi, menyelamatkan partai dari ancaman terdegradasi. Jelas ini menjadi kepentingan para kader partai. Mereka tak ingin tenggelam. Dan yang juga diketahui, puting beliung ini melibatkan banyak dewa-dewa partai. Semangat membebaskan partai dari anasir-anasir percaloan dan persekutuan ekonomi, mengkristal. Dalam waktu yang singkat, partai perlu secara cepat dinaikkan tingkat elektabilitasnya. Bila tidak, yang menjadi korban pertama adalah para calon anggota legislatif diseluruh negeri, tidak terpilih. Siapa mau memilih calon legislatif yang partainya dipimpin penyedot uang rakyat, Setan November. Bisa ditengarai, kepiawaian Adit tak perlu diragukan. Apalagi kalau tersedia amunisi yang banyak. Langkah-langkah jitu akan diambil. Kader partai tak perlu lagi di adu domba, karena sudah bertikai sejak awal. Orang dalam yang dipercaya Juned selama ini, sesungguhnya hanya bermanis-manis belaka. Merekalah yang akan menerobos pagar-pagar jaringan di level 2. Terkini, pengurus di level 2, setidaknya ada sepuluh daerah sudah bersepakat bergerak bersama Adit. Bila diperhatikan, akan terlihat jelas ada yang bermain dalam kepura-puraan. Alasan sakit, sedang diluar kota, guna menghindar berbagai pertemuan konsolidasi yang digagas Juned.' Disisi lain, ada juga yang bertindak sebagai pendukung utama Juned, tapi belati digenggam untuk siap ditusukkan. Intinya, setiap pengambilan peran, hanya untuk menyelamatkan diri. Sebuah pragmatisme. Kini semua berteriak, perdebatan berkutat dalam bingkai aturan partai. Padahal mereka sendiri mengetahui, naiknya Juned bukan lagi sebatas menabrak rambu-rambu dan aturan partai. Tapi sudah membrangus seluruh AD/ART dan Juklak partai. Lantas aturan mana yang akan dikedepankan? Semua hanya sebatas pembenaran yang memang faktanya tidak benar. (d)