- HUT ke-4, Hipakad Bersama DDSBL Adakan Donor Darah
- Pemkab Lampung Selatan Bersama Baznas Salurkan Zakat Fitrah 10 Ton Beras
- Kemensos Salurkan Bantuan Atensi ke 500 Warga Sasaran di Way Krui
Baca Juga
PARA aktivis masjid, kampus, pergerakan seluruh Indonesia mengenal KH Abdul Qodir Djaelani. Dia bukan hanya seorang dosen, guru, penulis, tapi juga ulama yang dikenal tegas dan istiqomah amar maruf nahi mungkar sejak Orde Lama hingga akhir hayatnya.
Jejak perjuangannya sejak Presiden Soekarno. Dia masuk penjara gara-gara menyebarkan pamflet anti-Nasakom tahun 1960-1962 (PKI). Tahun 1963-1965, ia kembali masuk penjara karena tuduhan anti-komunis dan ingin menggagalkan Pesta Olahraga GANEFO (Game of the New Emerging Forces).
Orde Baru, tahun 1984-1993, dia kembali masuk penjara karena menolak Azas Tungal Pancasila. Sebelumnya, tahun 1979-1981, ia ditangkap karena menggalang demonstrasi masuknya Aliran Kepercayaan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan menolak Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Sikaan dalam penjara tak bisa mengubah pendiriannya, surut nyali. Beberapa tahun lalu, saat berceramah di Bekasi itu, ia mengeritik sikap aparat keamanan dalam menangani umat Islam yang dituduh teroris.
Begitulah Abdul Qadir Djaelani, ia termasuk sosok senior di kalangan aktivis pergerakan yang cukup disegani. Kawan-kawannya menyebut “urat takut” pria kelahiran Jakarta 20 Oktober 1938 ini sudah putus.
"Sang Singa Podium", "Sang Mujahid Dakwah", julukannya, telah selesai menyuarakan keyakinannya akan nilai-nilai Islam di Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/2), pukul 10.00 WIB.
Semasa hidupnya, Kang Djae atau Bang Qodir itu panggilan akrabnya tak hanya tegas dan berani di atas mimbar, namun pemikir yang banyak melahirkan karya tulis. Dia berani dan cerdas.
Buku-bukunya menawarkan konsep-konsep dalam berbangsa dan bernegara, filsafat Islam. Bukunya yang sangat terkenal adalah Asas dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam, Perjuangan Ideologi Islam di Indonesia, Peran Ulama dan Santri dalam Perjuangan Politik Islam Indonesia, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, dan 30 buku lainnya.
Ketegasan dan istiqomahnya sangat dikenal di kalangan aktivis pergerakan Islam seperti PII (Pelajar Islam Indonesia), GPI (Gerakan Islam Indonesia), GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) dan para aktivis masjid kampus.
Abdul Qadir Djaelani pernah menjabat sebagai ketua PW PII DKI Jakarta, ketua umum dua periode GPI (1976-1984), Sekjen Serikat Tani Islam Indonesia (1967-1972).
Dia tercatat sebagai dosen Agama Islam di Institut Pertanian Bogor(IPB), dosen Perguruan Tinggi Dakwah Islamiyah (PTDI) Jakarta, Perguruan Tinggi Dakwah Islamiyah (PTDI) Jakarta, dan lain-lain
Abdul Qodir Djaelani salah salah satu deklarator Partai Bulan Bintang(PBB) bersama Yusril Ihza Mahendra, Ahmad Sumargono, Hartono Mardjono, Anwar Hardjoni, Kaban, Kholil Ridwan, dll.
Dia pernah menjadi anggota DPR RI Dari PBB asal Dapil Jabar.
“Usia saya sudah 70 tahun lebih, tetapi sampai saat ini, saya masih merindukan mati syahid,” ujar Abdul Qadir Djaelani, saat berceramah di Masjid Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, beberapa tahun lalu.
Hadir dalam Tabligh Akbar tersebut, Ustadz Abubakar Ba’asyir, tokoh yang gigih memperjuangkan penegakan syariat Islam. Ceramahnya berapi-api, tegas, dan berani.
Saya tak pernah berjumpa dengannya, tapi namanya sudah terdengar sejak tahun '90-an, bahkan keberanian dan istiqomahnya melewati berbagai era kekuasaan di negeri ini.
"Selamat jalan guru, sahabat, pejuang Islam Indonesia. Surga menantimu, kakanda. Innalillahi Wainna Ilaihi Roojiuun, Allahummaghfirlahu Warhamhu Waafihi Wa'fuanhu, Allahumma Laa tahrimna ajrohu walaactaftinna ba'dahu, waghfurlana walahu...Alfatihah," tulis Ketua Biro Dakwah KB PII Lampung Imam Asrofi Alfarizi lewat akun facebooknya.
- Kemensos Salurkan Bantuan Atensi ke 500 Warga Sasaran di Way Krui
- Bravo Lima Lampung Donasi Rapid Tes Kid Dan Pangganan
- HUT ke-4, Hipakad Bersama DDSBL Adakan Donor Darah