DUA sampai tiga hari saja sampah tak terangkut petugas, ibu-ibu pasti menjerit. Apalagi, sampah bekas ikan atau yang gampang mengundang lalat dan menebarkan bau busuk.
- Tata Kelola Sampah Di Kota Bandarlampung
- Sampah Sempat Menumpuk, Bunda Eva Segera Tinjau TPS Langkapura
- Atasi Penumpukan Sampah, DLH Bandarlampung Tambah Dua Truk
Baca Juga
Namun, tak semua memahami nasib para pahlawan pengangkut sampah. Mereka mengaisnya dari rumah ke rumah kantong plastik berisi sampah beragam macam, penghasilan pas-pasan, honor tersendat.
Bahkan, honor yang mereka peroleh kerap tertunda. Belum lagi harus ikut memikirkan perawatan kendaraan pengangkut sampahnya serta "setoran" atau "iuran" kepada kepala unit pelaksana teknis (UPT).
Kantor Berita RMOLLampung menyelusuri sedikit lika-liku pembuang sampah di Kota Bandarlampung, Jumat siang (16/4). Nama-nama narasumber sengaja tak dicantumkan. Mereka tak ingin ditulis namanya.
Di salah satu tempat penampungan sementara (TPS) sampah warga Kota Bandarlampung, para pemungut sampah dari rumah ke rumah terlihat melemparkan sampah dari kendaraan roda tiganya ke atas bak truk yang akan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung.
Sopir truk dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandarlampung tersebut mengamatinya dari bawah pohon seberang jalan truknya. Dia mengatakan tarikannya kloter terakhir hari ini.
Kloter pertama, katanya, pukul 06.00 WIB dan kloter kedua sekitar pukul 11.00 WIB.
Sehari, kata dia, truk mengangkut hingga sembilan ton sampah. Di beberapa TPS lainnya bahkan bisa sampai 18-20 ton sampah per harinya. Diakuinya, dua kali tarikan, tak cukup mengangkut sampah sebanyak itu.
“Kalau di sini, yang buang sampah, ada 14 motor tosa, total sekitar 18-20 ton. Makanya kalau diangkut sehari dua kali ya tidak akan cukup, kalau tiga kali baru pas,” ujarnya.
Saat bercerita, ia mengeluhkan belum menerima honor sebagai tenaga honor DLH selama dua bulan. Dia juga mengeluhkan tidak ada biaya perbaikan truknya sehingga terkadang para tukang sampah dari rumah ke iuran untuk perbaikan truk.
“Biaya perbaikan kayaknya ada di anggaran, paling sering itu ganti ban, ya mereka-mereka ini sumbangan, kalau ada angkutan tambahan mereka juga sokongan untuk bensin,” ujarnya.
Selain kadang iuran agar truk lancar mengangkut sampah, menurut para pemungut sampah dari rumah ke rumah juga ada kewajiban membayar iuran kepada kepala UPT yang berbeda-beda setiap bulannya antarmereka.
“Kalau saya sendiri setor Rp300 ribu, kawan-kawan ada yang Rp200 ribu, Rp400 ribu. Kalau penagihannya biasa setiap tanggal 5 di awal bulan,” ujar salah seorang pengumpul sampah.
Ia menjelaskan, mayoritas tukang angkut sampah di Kota Bandarlampung memberikan setoran ke Kepala UPT agar boleh membuang sampah ke TPS. Namun, ketika meminta kwitansi atau bukti bayar tidak diberikan.
"Kalau nggak setor nggak boleh buang sampah ke sini. Padahal kami ini ya membantu pemerintah juga, jangankan yang kami angkut, sampah yang masyarakat buang di jalan aja wajib di atasi oleh pemerintah," katanya.
Ia melanjutkan, kalau sampah menumpuk di TPS Langkapura, selalu para tukang angkut sampah yang berusaha mencarikan solusi, termasuk meminta supir truk angkutan untuk mengangkut sekali lagi sampah ke TPA Bakung.
"Kami biasanya sokongan untuk uang bensin truknya, kalo gak gitu gak enak juga sampah ini numpuk terus di sini," kata dia yang disetujui beberapa tukang angkut sampah lainnya.
Ternyata, di balik kantong kresek sampah dari rumah ke rumah yang terkumpul hingga berton-ton itu, ada masalah yang diharapkan para pahlawan sampah warga Kota Bandarlampung.
Tak banyak yang mereka minta agar ibu-ibu tidak menjerit sampah tak terangkut, yakni truk tersedia lancar dan cukup serta honor yang tak tertunda buat kebutuhan makan anak dan istri mereka di rumah.
- Tata Kelola Sampah Di Kota Bandarlampung
- Sampah Sempat Menumpuk, Bunda Eva Segera Tinjau TPS Langkapura
- Atasi Penumpukan Sampah, DLH Bandarlampung Tambah Dua Truk