Mahasiswa Itera Berhasil Buat Teleskop Dari Hasil Cetakan Printer 3D

Mahasiswa Itera berhasil membuat teleskop/Ist
Mahasiswa Itera berhasil membuat teleskop/Ist

Sejumlah mahasiswa Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) Jurusan Sains Institut Teknologi Sumatera (Itera) melakukan proyek pembuatan teleskop reflektor DIY (do it yourself). Proyek tersebut dikerjakan mahasiswa semester tujuh yang dibimbing oleh dosen dan tim Pusat Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) dan Pusat Meteorologi Klimatologi Geofisika (MKG).




Pembuatan teleskop ini menjadi implementasi kegiatan pembelajaran project based learning, mata kuliah Optik Astronomi. Selain memberikan pemahaman secara praktikum. 

Dosen pengampu mata kuliah Optik Astronomi, Alka Budi Wahidin mengatakan tugas proyek pembuatan teleskop reflektor DIY juga menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapatkan oleh mahasiswa. Seluruh komponen utama teleskop dicetak menggunakan printer 3D lalu dirangkai dengan batang besi dan aluminium. 

“Hanya komponen cermin primer dan cermin sekunder saja yang harus dibeli dari luar negeri, mengingat di Indonesia belum ada yang memproduksinya,” kata Alka Budi Wahidin, Senin (16/1).

Menurutnya, meskipun harus membeli dari luar negeri, komponen cermin primer dan cermi sekunder relatif mudah didapatkan dan hanya menunggu sekitar satu bulan sampai komponen tersebut sampai di Itera.

Lebih detail, dosen lainnya, Hendra Agus Prastyo menjelaskan teleskop reflektor yang dibuat menggunakan cermin primer dengan diameter 114 cm dan panjang fokus 900 mm. Desain teleskop reflektornya menggunakan desain teleskop reflektor berjenis Newtonian. Teleskop ini sudah diuji dan bisa digunakan untuk mengamati objek-objek yang jauh. 

“Pembuatan teleskop reflektor ini merupakan kerja sama antara dosen pengampu, mahasiswa, serta OAIL-MKG. Proyek ini harus dikembangkan agar bangsa kita mampu memproduksi teleskop sendiri,” ujar Hendra.

Salah satu mahasiswa Prodi SAP, Ahmad Romadhon yang terlibat dalam proyek pembuatan teleskop mengatakan membuat teleskop yang akhirnya mereka namai Optik Astronomi Teleskop 2022 (OAT22) menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa. Sebab, selama dua bulan mereka harus mengumpulkan bahan, mencetak dengan teknologi 3D printer, hingga menginstal.

“Ketika mencari komponen utama seperti cermin khusus untuk teleskop dengan diameter 114 mm kami juga mengalami kesulitan karena belum ada yang membuatnya di Indonesia sehingga kami harus membeli cermin tersebut ke luar negeri melalui online shop,” ujarnya.

Hal tersebut menurut Ahmad yang cukup memakan waktu karena proses pengiriman dari luar negeri bisa mencapai 2 bulan. Namun Ahmad mengaku senang dapat merasakan pengalaman baru, dan mendapatkan ilmu praktik secara langsung membuat teleskop yang salam ini kebanyakan diproduksi di luar negeri.

“Membuat teleskop dapat membantu kita belajar tentang mekanisme optik dan teknologi serta memberikan kesempatan untuk mengamati dunia luar dengan jelas dan detail yang luar biasa,” jelasnya.