Mbak Pur Merajut Partai Dihari Bahagia


Episode 30

PERSAINGAN memperebutkan partai kian sengit dilakukan para bakal calongubernur. Bujuk rayu, gelontoran uang' hingga ancaman ditebar, demi persekutuan. Dampaknya, persekutuan sementara yang sudah terjalin menjadi goyah. Iklim kecurigaan dan saling tuduh berkembang bak kecambah di musim hujan.

Jurus Partai Daun Itunya Pepaya menunda pernyataan Hermanus menjadi calon gubernur yang diusung, menjadi pemantik semangat para cagub-cagub' melakukan rongrongan di pusat partai. Juned dan Ronald saling berlomba menggerus eksistensi Hermanus.

Juned sendiri, tentu saja melalui Mbak Pur dan Guntur serta kacung-kacung lainnya, menggoyang Partai Daun Itunya Pepaya hanya bermodalkan iming-iming kekuatan uang. Kakak beradik ini menyadari, Juned tak bisa digunakan sebagai daya tawar. Bila mengutip istilah pedagang kaki lima, kiat yang digunakan Guntur, ingin membeli putus. Berhasilkah ?

Manuver Guntur dan Mbak Pur di jejaring Partai Daun Itunya Pepaya terdengar nyaring di telinga pemilik partai. Kabar ini menambah besar kemurkaaan sang Nenek terhadap pemilik Pabrik Permen. Bagi kader partai yang dekat dengan sang Nenek, sikap antipati yang tertanam dalam diri si boss, sejak lama mereka ketahui .

Pabrik Permen merupakan musuh bebuyutan sang Nenek. Bukan kali ini saja, hanya karena Pilgub, Guntur dan Mbak Pur sudah berulang kali melakukan manuver untuk merapat ke Partai Daun Itunya Pepaya. Guntur melalui orang-orang dalam lingkar kekuasaan ditolak mentah-mentah oleh sang Nenek. "Ingat, jangan ada bau-bau Pabrik Permen. Mereka itu kasirnya Sang Begawan Yahudi," tegas sang Nenek ketika berjumpa Hermanus cs dalam acara di Bali, beberapa waktu lalu.

Pertanyaannya kemudian, berubah sikapkah sang Nenek terhadap tawaran lima ratus miliar dari Pabrik Permen? Mari kita nantikan jelang akhir November mendatang.

Sementara kubu Ronald mendapat informasi khusus soal gerakan kubu Pabrik Permen menggoyang Partai Daun Itunya Pepaya, tak ingin ketinggalan. Melalui putri kesayangan sang Nenek, Ronald melakukan gerilya. Pun dibantu oleh Komandan Tertinggi Hansip.

Ronald mempertaruhkan seluruh potensi yang ada pada dirinya untuk mendapatkan Partai Daun Itunya Pepaya. Sementara keterlibatan dan kepatuhan Ronald mengikuti arahan Komandan Tertinggi Hansip, juga bermata dua. Disamping ingin mendapatkan Partai Daun Itunya Pepaya, juga ingin menyelamatkan sang ayah yang kini dipermasalahkan secara hukum oleh Guntur dan Mbak Pur.

Mengapa Guntur dan Mbak Pur begitu dendam terhadap Ronald? Selain yang sudah dituturkan pada episode lalu, ada penyebab lainnya, Fahrul Tahiten, orang tua Ronald, kembali melakukan persekutuan bersama pemilik Pabrik Permen sebelumnya. Bagi Mbak Pur, menjerat Fahrul Tahiten, sama artinya mencekik Ronald. Sekali dayung, dua tiga pulau dilalui.

Bukan Ronald namanya, bila menyerah dengan langkah-langkah catur Guntur dan Mbak Pur. Walau sudah terjepit, Ronald melakukan manuver melambung. Memasang diri untuk para dewa-dewa agar bersekutu dengannya. Sehingga para dewa mendapat kesimpulan, hanya Ronald lah yang bisa melaksanakan kepentingan para dewa-dewa. Untuk sementara, strategi Ronald sempat terajut di kalangan dewa-dewa: Partai Demikianlah, Partai Kutu Busuk, Partai Hati yang Luka, Partai Nasi Goreng Adem, Partai Pas Pasan dan Partai Daun Itunya Pepaya disatukan untuk mengusung Ronald bersama Hermanus. Sehingga berhadap-hadapan dengan Juned dalam kontestasi Pilgub. Berhasilkah? Kita lihat saja.

Sementara di Ruang Publik, melalui layar cetak jejaring WA dan Telegram, langkah dibalik tabir Ronald bocor. Perundingan Ronald dan petinggi Partai Kutu Busuk terungkap ke publik. Ronald ingin bersekutu dan berpasangan dengan si Nyonya Centil yang kini sedang memegang kekuasaan di ujung timur sana.

Bocornya layar cetak jejaring WA dan Telegram Ronald membuat suasana di Partai Kutu Busuk kian memanas. Tim utama Mustajab mengumbar rahasia, bahwa sudah terjadi penggelontorkan dana 17 miliar untuk menyelamatkan Mustakim, ketua mereka dari jeruji sekolah. Namun tiga tokoh kepercayaan Mustakim yang menerima dana, menggunting uang yang ada.

Sementara si Nyonya Centil juga mengumbar pernyataan, bahwa penghasilannya dalam satu tahun anggaran, sebesar 20 miliar sudah disetorkan kepada Mustakim, juga melalui tiga tokoh yang sama. Gelontoran uang itu tak utuh sampai kepada Mustakim, sehingga tak selamat dari ketukan palu. Boro-boro sampai kepada boss besar partai, Cak Lelek.

"Kita lihat saja, apa si Nyona Centil urat takutnya sudah putus, ingin berdampingan dengan Ronald. Terlalu banyak kartu yang kita pegang," ujar Tim Utama Mustajab.

Semua dinamika yang terjadi dalam konteks menggalang persekutuan partai, masuk juga ketelinga Guntur dan Mbak Pur. Walaupun oleh kacung-kacung Juned sengaja dipenggal-penggal dan diolah demi menimbulkan gairah Mbak Pur agar all-out mempertahankan posisi Juned.

Pemilik Pabrik Permen ini, tentu berhitung panjang. Kalkulasi Tim mereka terbilang canggih, melahirkan simulasi dan beragam skenario penyelamatan. Utamanya menyelamatkan Pabrik Permen dari berbagai ancaman, baru kemudian menyelamatkan Juned.

"Gimana situasi hati mu dik.." tanya Mbak Pur melalui sambungan telpon kepada Juned yang sedang disibukkan keliling pulau untuk menyambangi dukun-dukun dan batu-batu nisan.

"Aku baik-baik saja. Menurut orang pintar, memang aku cocok berpasangan dengan Hary Wargoyo, sesuai keinginan Bunda. Buat kampanye nanti, kami sudah foto bareng," jawab Juned manja.

"Kamu benar-benar setia dengan aku. Tidak khianat, seperti Ronald?" sergah Mbak Pur.

"Tentu. Bunda tidak percaya dengan apa yang kita lakukan selama ini?" balas Juned.

"Ya percaya. Bila tidak percaya, masak kita nikah siri. Hanya khawatir saja dengan kejadian-kejadian terkini. Bunda takut kamu goyah," ujar Mbak Pur.

Akan goyahkan Juned? Goyahkan Mbak Pur? Semua serba tergantung. Yang pasti, Mbak Pur semakin singset dan sintal, pasca peresmian hari-hari bahagianya bersama Juned. (d)