Penggiat lingkungan hidup, Edy Karizal menilai pengelolaan sampah masih amburadul di Kota Bandarlampung. Wajar kota ini dinilai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sempat masuk kategori kota besar terkotor, katanya.
- Tata Kelola Sampah Di Kota Bandarlampung
- Sampah Sempat Menumpuk, Bunda Eva Segera Tinjau TPS Langkapura
- Atasi Penumpukan Sampah, DLH Bandarlampung Tambah Dua Truk
Baca Juga
"Seharusnya Pemkot Bandarlampung serius menangani masalah sampah, terutama terhadap para pekerja yang jadi ujung tombak lancarnya sirkulasi transportasi sampah dari rumah tangga ke TPA Bakung," katanya.
Kepada Kantor Berita RMOLLampung, Sabtu siang (16/4), Direktur Lembaga Konservasi (LK) 21 ini menyatakan prihatin adanya kabar honor sopir truk pengangkut sampah belum dibayar dua bulan.
"Sadisnya" lagi, demi kelancaran distribusi sampah, para pahlawan sampah sum-suman jika terjadi kerusakan onderdil mobil truk. Belum lagi, dugaan setoran kepada kepala UPT.
"Mungkin ini salah satu penyebab Kota Bandarlampung pernah mendapatkan predikat kota besar terkotor pada acara Penganugerahan Adipura dan Green Leadership Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD di Kantor KLHK, Jakarta, Senin (14/1/2019).
Selama ini, kata dia, pengelolaan sampah masih semrawut. Hanya jalan protokol saja yang terlihat selalu dibersihkan. Tapi, di pinggir kota, jalan bypass, sampah menumpuk dimana-mana.
Para pahlawan sampah seharusnya justru diberi insentif tinggi karena mereka bekerja dengan resiko besar, terutama terjangkit penyakit. "Jangan pandang sebelah mata jasa pembuang sampah," katanya.
Bahkan sebaliknya, mereka harus dihargai karena pekerjaannya memiliki nilai sosial dan kemanusiaan yang tinggi untuk, menciptakan lingkungan hidup sehat bagi masyarakat, ujar Edy Karizal.
Para wakil rakyat juga seharusnya lebih peduli terhada permasalahan sampah agar tak ada lagi honor yang telat, fasilitas perlengkapan pekerja sampah tak memadai, dan memastikan bahwa suku cadang kendaraan aman.
"Jangan sampai para pekerja sampah yang harus ikut memikirkan sampai mencarikan dana untuk beli onderdil bahkan dugaan setoran segala ke UPT," katanya.
Jika hal ini masih berlangsung terus, masyarakat bisa saja akan menilai bahwa wakil rakyat mereka tidak bekerja, kata Edy Karizal.
Demikian pula "Gerebek Sampah", menurutnya, tak memecahkan masalah esensial permasalahan drainase air yang tak lancar sehingga kerap banjir jika hujan di beberapa titik.
"Jangan sampai, Gerebak Sampah menjadi hanya sekedar mimpi bahwa kota kita akan bersih dan nyaman apabila ternyata ada "permainan" dalam sampah di Kota Bandarlampung," tutup Edy Karizal.
- Tata Kelola Sampah Di Kota Bandarlampung
- Sampah Sempat Menumpuk, Bunda Eva Segera Tinjau TPS Langkapura
- Atasi Penumpukan Sampah, DLH Bandarlampung Tambah Dua Truk