Peternak jangkrik di Pekon Sukamara Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus keluhkan sulitnya pemasaran pasca panen.
- Laporkan GM PLN Lampung, LPLN Lengkapi Keterangan Ke KPK
- Sekda Hingga THLS Kompak Gotong Royong Bersihkan Lokasi Jumbara IX
- Wali Kota Eva Jenguk Korban Gempa Cianjur dan Berikan Bantuan Rp500 Juta
Baca Juga
Diki, peternak jangkrik mengatakan, beternak jangkrik tidak terlalu rumit. Proses awalnya dengan menyiapkan bibit berkualitas baik untuk menghasilkan telur yang baik.
Sebab, bibit jangkrik menjadi faktor yang paling vital dalam kesuksesan usaha ternak jangkrik, serta didukung dengan kandang dan tempat yang teduh jauh dari kebisingan.
Umur indukan atau bibit idealnya 1.5 bulan, lalu diletakan di bok terpisah yang sudah disiapkan rumah-rumah dari karpet telur, kemudian diletakan beberapa nampan yang sudah diisi pasir halus tempat jangkrik nantinya bertelur.
Setiap 3 hari sekali nampan berisi pasir diganti dan diayak untuk memisahkan telurnya dari pasir, begitu seterusnya sampai diangap indukan sudah tidak lagi bertelur.
Kemudian telur di eramkan dengan mengunakan pasir dengan kelembapan, selama tujuh hari telur akan menetas.
"Jangkrik sudah bisa dipanen setelah umur 30 hari, atau sebelum jangkrik tumbuh sayap. Satu bok ukuran 1.5 m x 4 m bisa menghasilkan 15 sampai 20 kg, dengan harga jual 50 ribu /kg, dengan menghabiskan 20 kg pakan ternak ayam," jelasnya kepada kantor berita RMOLLampung. Jumat (24/9).
Dirinya mengeluhkan sulitnya pemasaran pasca panen, karena selama ini dia dan temannya menjual hasil panennya ke kios-kios penjualan burung saja. Karenanya dia berharap ada pengepul yang khusus menampung hasil panen mereka.