Para buzzer seperti Abu Janda dan Deni Siregar terkesan dibiarkan mengeluarkan pernyataan-pernyataan provokatif bahkan seperti tak tersentuh hukum.
- Walau Piqai Bertemu Abu Janda, KNPI Lanjut Hukumnya
- Abu Janda Ungkapkan Keinginannya Bertemu Natalius Pigai
- Pemeriksaan Kedua, Abu Janda Bungkam, Alasan Mau Fokus
Baca Juga
Aktivis 98 yang juga anggota Gerakan Pro Demokrasi Indonesia (ProDEM) Andriyanto mengatakan hal itu dalam webinar yang digelar Kantor Berita Politik RMOL dengan tema “Disuruh Kritik, Tapi Siapkkan Buzzer”, Kamis (11/2).
Padahal, menurut Andriyanto, para buzzer itu sering menimbulkan kegaduhan di masyarakat dan mengancam integrasi bangsa.
Di sisi lain, mereka memeroleh keuntungan material yang tidak sedikit dari pekerjaanya.
Apalagi ada indikasi kuat dana yang mereka terima berasal dari APBN atau uang rakyat.
“Harusnya hukum berlaku imparsial, berlaku buat seluruh warga Indonesia,” ujarnya.
Andriyanto menilai, saat ini, pemerintah tidak adil dalam menegakkan hukum, tajam kepada orang-orang yang tak sejalan dan tumpul pada para buzzer.
Ia mencontohkan, beberapa tokoh yang berseberangan dengan pemerintah dan pendukungnya seperti Egi Sudjana, Ratna Sarumpaet, Rahmawati, Ustaz Maher At Thuwalibi dan Habib Rizieq langsung ditahan karena mengeluarkan pendapat politik.
Sementara Deni Siregar dan Abu Janda bebas melenggang dan menikmati keuntungan dari profesinya sebagai buzzer.
“Deni Siregar yang sebut pesantren sarang teroris broro-boro di tahan, sementara Ratna Sarumpaet yang cuma ngaku digebukin ditahan, “ katanya.
“Ustad Maher posting tokoh NU di penjara sampi meninggal, sementara Abu Janda yang posting Pigai (Natalius Pigai) dengan Foto gorila gak di apa-apain,” lanjutnya.
Ketidakadilan yang digambarkan Andriyanto, menurutnya, akan menimbulkan ketidakpercayaan publik .
Pasalnya, lanjut Andriyanto, pemerintah saat ini telah mengabaikan nilai-nilai demokrasi serta senang mempertontonkan praktek diskriminasi hukum.
“Penahanan orang dengan semena-mena merupakan pelanggaran demokrasi yang mendasar. Saat ini demokrasi hanya lipstick,” ujarnya.
Ia menilai negara seperti sengaja memelihar para buzzer dan membiarkan merkeka merajalela dan menghancurkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa.
“Jadi negera itu semau-maunya para buzzer aja. Kayak Abu Janda, saya gak yakin dia bakal diadili. Disisi lain dia mendapatkan banyak uang bahkan bisa membeli Ferrari hingga jalan-jalan ke luar negeri,” demikian Andriyanto.
- Walau Piqai Bertemu Abu Janda, KNPI Lanjut Hukumnya
- Abu Janda Ungkapkan Keinginannya Bertemu Natalius Pigai
- Pemeriksaan Kedua, Abu Janda Bungkam, Alasan Mau Fokus