Sambil Menangis Akibat Harga Anjlok, Petani  di Lambar Babat Panen Sawinya

Foto Dewi JJ
Foto Dewi JJ

Setelah viralnya para petani di Lampung Barat (Lambar) yang menangis karena harga tomat anjlok hanya Rp700/kg pekan lalu hingga membuang hasil panennya, kini komoditi jenis sawi hanya Rp500/kg. Para petani pun membabat panen untuk dijadikan pupuk kompos di lahan tersebut.




Khot (35) seorang wanita petani sayur-mayur di Pekon Padang Cahya Kecamatan Balik Bukit, sambil menangis membabat hasil panen yang dirawatnya dengan sungguh-sungguh. Terlihat tanamannya tersebut tumbuh subur tanpa cacat, namun sayang tidak laku meski hanya Rp500 saja.

"Bagaimana gak sedih mbak, melihat tanaman kita selebar ini yang kita tanam hingga kita rawat dengan sabar berbulan-bulan namun begitu masa panen tidak ada harga bahkan hanya 500 rupiah perkilo saja tidak laku, bagaimana tidak menangis harus terpaksa membabat habis untuk dijadikan kompos," terangnya, Kamis (26/1).

Dirinya menambahkan, masyarakat setempat dibolehkan bila ada yang mau sawi untuk disayur agar mengambilnya di lahan tersebut.

"Ambil aja kalau para tetangga mau, ya harapan saya atau kami selaku para petani lampung barat khususnya sayur mayur, agar pemerintah memberi solusi dan berupaya menstabilkan harga komoditi sayur mayur dilampung barat," tambahnya.

Di tempat terpisah, Pemerhati Kebijakan pemkab setempat, Robda Wita mengatakan Lampung Barat memang kaya akan sayur mayur, tanah yang subur tanaman yang begitu super-super. "Tapi sayang petaninya jauh dari kata makmur Pemerintah tetap tidak ada solusi yang ada cuma janji-janji," ucapnya.

Dirinya menambahkan tujuan program pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat.

"Yang heran nya lagi selalu ada piagam prestasi pencapaian, entah di bidang apa nya. Kalo dipikir tujuan dari semua program itu untuk mensejahtrakan masyarakat, mayoritas masyarakat Lampung Barat kan petani tapi masyarakat yang mana yang disebut-sebut sejahtera. kapan kita bicara selalu ada jawaban bukan solusi yang diterima," ujarnya.