Yuhadi vs Rakhmat Husein DC


DI balik "kegaduhan" Pilwalkot Bandarlampung 2020, ada dua politikus muda: Rakhmat Husein DC dan Yuhadi. Darah muda keduanya sama-sama gampang mendidih jika ada yang nyolek jagoannya.

Rakhmat Husein telah 10 tahun lebih mengawal kepemimpinan Wali Kota Bandarlampung Herman HN. Aktivis PRD Lampung ini juga "jatuh-bangun" melawan derasnya politik uang dan sembako saat Pilgub 2014 dan 2018. 

Alumni Universitas Bandar Lampung (UBL) itu  juga terbukti mampu memimpin ribuan massa aksi tolak politik uang. Tak hanya di Lampung, ratusan massa mampu digiringnya menuntut keadilan hingga ke Jakarta. 

Yuhadi juga tak kalah garang dan gacor di gelanggang politik praktis. Ketua Golkar Bandarlampung ini sukses ikut mengantarkan Arinal Djunaidi sebagai gubernur Lampung. Dia salah satu macan panggung kampanyenya Arinal.

Di panggung kampanye, narasi yang diracik dengan bacaan ayat-ayat meluncur dari alumni UIN Raden Intan dan aktivis HMI yang karir politiknya merayap dari bawah ini mampu menghipnotis audiens saat Pilgub 2018.

Di Pilwalkot Serentak 2020 Kota Bandarlampung, keduanya bertemu dan saling berhadapan memimpin pasangan calon kepala daerahnya. Butuh kepiawaian lebih menyiasati sosialisasi masa pandemi Covid-19.

Gesekan, saling senggol, sampai tabrakan mewarnai duel mencari simpati rakyat di medan laga dan media sosial. Yuhadi dkk kerap menyoal netralitas ASN yang dipimpim Wali Kota Herman HN yang isterinya ikut kontestasi: Eva Dwiana atau Bunda Eva.

Di situ, di antara Herman HN dan Bunda Eva, ada Rakhmat Husein DC yang berstatus staf khusus sang wali kota sekaligus tempat bertukar pikirannya Bunda Eva dalam mempertahankan popularitas dan elektabilitasnya.

Eskalasi kompetisi Pilwalkot Bandarlampung semakin hot, diwarnai saling lapor melapor, pecat kepsek, ramainya aparat pemerintah kompak "mendadak" peduli pilwalkot, bagi-bagi sembako, hingga beras bantuan Covid-19.

Podcast RMOLLampung mempertemukan kedua panglima pilwalkot ini. Ternyata, di balik suara "kerasnya", keduanya siap pula beradu argumentasi soal polemik yang kerap mewarnai kompetisi Pilwalkot Bandarlampung 2020.

"Insya Allah, gua cuma takut dengan Allah dan orangtua," tandas Husein ketika menjawab tantangan Yuhadi.

Selasa (20/10), keduanya duduk berhadapan dan seperti tak sabar lagi untuk memuntahkan persoalan yang terasa telah menumpuk selama ini dalam konteks adu strategi dalam persaingan mengambil hati rakyat.

Saling serang dan tangkis atas berbagai hal yang mereka rasakan sebagai ketidaksportivitasan lawan politik dalam memenangkan jagoannya masing-masing selama ini diadu dalam gelanggang Podcast RMOLLampung.

Podcast RMOLLampung yang dijatahkan cuma 20 menit molor menjadi 40 menit tanpa peluit istirahat dan tanpa wasit siapa yang menang dan kalah dalam perdebatan tersebut. 

Bukan ranahnya media untuk menjadi hakim perdebatan. Silahkan publik, warga Kota Bandarlampung yang menilai sebelum masuk bilik TPS, 9 Desember nanti. 

Di mata kami, keduanya berhasil memenangkan perdebatan tersebut, keduanya berhasil menguasai emosi dalam perang pikiran, argumentasi, data dan fakta bahwa dirinya, timnya, dan calonnya yang paling sportif.

Perdebatan Yuhadi versus Husein juga kemenangan Tim Sukses Rycko Menoza-Johan Sulaiman, Tim Sukses Bunda Eva-Deddy, serta demokrasi di kota ini. Kompetisi boleh sekeras apapun di lapangan tanpa harus kehilangan jati diri dan rasa humor.

Mereka setidaknya menjadi katub terhadap semakin mendidihnya emosi masing-masing tim, relawan, simpatisan, dan mungkin kedua calon pemimpin dalam kontestasi Pilwalkot Bandarlampung 2020.

Keduanya sepakat pilkada sesungguhnya adalah perang gagasan dan ide.

Tak mudah memang, cukup lama, 32 tahun Orde Baru, bangsa ini dikerangkeng kebebasan berpendapatnya demi pembangunan fisik semata sampai tak terasa sudah 22 tahun masih juga euforia Orde Reformasi dengan demokrasinya yang masih kerap diwarnai politik sentimen.

Sebagai sesama politikus, sesama warga yang mencintai Kota Bandarlampung, Husein dan Yuhadi potret politikus muda yang siap berkompetisi dengan tetap merawat silaturahmi dan tak kehilangan rasa humornya.

Terlepas dari kontestasi yang semakin panas, di balik kegarangan keduanya sebagai panglima timses, ada pikiran dan ada argumentasi logis yang mereka pertahankan, tak semata adu urat, otot, atau saling intimidasi.

Ketika berhadapan, keduanya dapat menjadi lawan bicara, lawan berpikir, sekaligus lawan becanda. The founding fathers, para tokoh pendiri bangsa ini dibangun oleh peradaban elite politik seperti itu.

Semoga gelanggang persaingan Pilwalkot Bandarlampung 2020, diisi oleh perang argumentasi, duel pikiran antarelite politik, bukan adu banyak nyogok rakyat dengan sembako dan uang. Apalagi adu urat, otot, dan jotos.

Setidaknya lewat podcast , Kantor Berita RMOLLampung urun rembuk sedikit melahirkan wali kota terbaiknya untuk periode 2020-2025. Amiiin.

SAI WA TUUUU

*jurnalis